Rabu, 16 Mei 2012

Tips Ampuh supaya bisa Tahajud

1. Biasakan tidur di awal waktu, jangan bergadang untuk hal-hal yang tidak penting, yang akhirnya hanya akan membuat mata kita terlampau lelah dan mengantuk untuk bangun di sepertiga malam.

2. Bersungguh-sungguh mengamalkan adab-adab sebelum tidur. Biasakan berwudhu, sholat sunnah, berdzikir dan berdoa sebelum tidur. Jangan tidur dalam keadaan berhadats (terutama hadats besar), karena hal ini akan menimbulkan kemalasan di waktu bangun malam.

3. Janganlah paranoid dan menganggap bahwa bangun di sepertiga malam untuk melakukan sholat tahajud itu sebagai pekerjaan yang berat. Karena pemikiran semacam itu akan berpengaruh pada niat dan kekuatan kita untuk merealisasikan niat tersebut (dapat melemahkan niat dan tekad untuk melakukan sholat tahajud).

4. Senantiasa menjaga keikhlasan ketika berniat untuk bangun malam dan melakukan sholat tahjud. Dengan niat yang ikhlas, insya Allah akan meringankan pekerjaan yang semula tampak berat.

5. Cobalah untuk mengenali dan menyesuaikan waktu tidur masing-masing. Bila kita telah tahu berapakah standar waktu tidur kita masing-masing, maka kita akan dapat menentukan jam berapakah kita harus mulai tidur, sehingga kita akan bangun tepat di sepertiga malam. Jika memang ada tugas yang harus diselesaikan dan dibawa pada hari esok, lebih baik dikerjakan selepas melaksanakan sholat tahajud, jangan dikerjakan pada waktu malam (sebelum tidur) yang memakan waktu hingga larut malam dan akhirnya akan membuat kita tidak dapat bangun di sepertiga malam (kesiangan).

6. Jika memang memungkinkan, jangan lupa untuk melakukan tidur siang. Dengan tidur siang, insya Allah akan membuat kita lebih kuat untuk bangun di sepertiga malam dan melakukan sholat sunnah tahajud.

7. Jangan lupa untuk senantiasa memasang alarm, dan letakkan alarm tersebut di tempat yang jauh dari jangkauan tangan namun tetap dapat terdengar dengan jelas (keras) oleh telinga. Dengan demikian, mau atau tidak mau kita akan bangkit dari tempat tidur untuk mematikannya manakala alarm tersebut berbunyi.

8. Anda juga dapat menggunakan program tahajud missedcalldengan teman-teman anda. Buatlah jadwal berkelanjutan yang telah disepakati bersama untuk mengatur siapa-siapa yang mendapatkan jatah untuk membangunkan.

9. Programlah aktivitas siang hari anda dengan seefisien dan seefektif mungkin, sehingga anda tidak terlalu kelelahan untuk bangun di sepertiga malam untuk melakukan sholat tahajud. Hindari kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting, yang akan menguras stamina anda.

10. Tanamkanlah kesadaran bahwa anda memiliki kebutuhan jasmani dan ruhani yang harus anda penuhi keduanya dengan seimbang, tidak berat sebelah.

11. Motivasi diri anda untuk bangun malam dengan cara mempelajari dan mengingat betapa besar keutamaan-keutamaan yang terdapat di dalam sholat tahajud.

12. Tanamkan rasa rindu untuk senantiasa bernunajat dan berkhalwat dengan Allah Subhanahu wa ta’alaa.

13. Hindari maksiat. Karena, maksiat adalah sumber lemahnya kadar iman dan ibadah kita kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa. Dalam hal ini Sufyan Ats-Tsauri telah menuturkan pengalamannya, “Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan.”.

14. Janganlah makan malam terlampau kenyang, karena perut yang kenyang akan memberikan efek mengantuk dan malas.

15. Jika anda telah berkeluarga, anda dapat membuat kesepakatan dengan anak dan isteri berupa program sholat tahajud berjamaah, misalnya setiap tiga kali dalam sepekan keluarga wajib melakukan sholat tahajud secara berjamaah.

16. Jangan lupa untuk senantiasa berdoa dan memohon kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa agar diberikan kemudahan untuk bangun malam dan melakukan sholat tahajud dengan ikhlas dan khusyuk.

17. Untuk memantapkan kedisiplinan diri, anda pun dapat melakukan program “self-punishment” bagi diri anda sendiri, manakala kesiangan atau lupa tidak melaksanakan sholat tahajud. Tentunya, “self-punishment” ini haruslah bersifat mendidik dan tidak terlalu keras. Ketika lupa atau kesiangan sehingga tidak melakukan sholat tahajud, maka anda dapat menghukum diri anda misalnya harus membaca Al Quran sebanyak 2 juz di hari esoknya. 2 juz tersebut dapat anda baca per lima lembar setiap setelah melakukan sholat fardhu.

Bismillah, semoga berhasil yaaa ^^


Ayooo Motivasi Diri Kita ^^

Ayuk shalat Tahajud….
Saya harus bisa tahajud..
Saya harus tahajud..
Saya harus tahajud..
Tahajud itu nikmat…
Tahajud Jalan keselamatan..
Tahajud Jalan kemuliaan..
Dengan tahajud kuat meghadapi hidup ini
Dengan tahajud membuka pertolongan Allah
Dengan tahajud akan disayang oleh Allah
Dengan tahajud pintu menuju surga


Ayuk shaum sunnah
Saya kuat…
Saya kuat…
Dengan syaum lebih terpelihara
Dengan syaum doa lebih mustajab
Dengan syaum nafsu terkendali
Dengan syaum amarah tertata,
Dengan syaum pandangan terjaga,
Dengan syaun pahala tidak terhingga
Dengan syaum menyehatkan badan
Dengan syaum pintu menuju surga


Ayuk Shalat berjamaah
Harus berjamaah…
Harus berjamaah..
Dengan shalat berjamaah, pahala banyak
Dengan berjamaah disayang Allah
Dengan berjamaah, tali silaturrahmi tetap terjaga.
Dengan berjamaah, satu langkah ke masjid dapat menebus dosa
Dengan berjamaah, pintu menuju surga.
Harus bisa,
Harus bisa,
Harus bisa,
kalau orang lain bisa mengapa aku gak bisa..SEMANGATTTTTTTTTTT..


dikutip dari : ceramah AA Gym, "Memotivasi Diri"

Senin, 07 Mei 2012

Berbahagia dengan Membahagiakan Orang Lain

 


Bismillah.

“Barangsiapa di antara kamu yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya, maka hendaklah ia bersegera memberikan manfaat kepadanya,” (Diriwayatkan Muslim dari Jabir ra.)

Salah satunya cara agar kita bermanfaat bagi orang lain adalah dengan membahagiakan orang lain. Karena dengan membahagiakan orang lain, tidak usah kawatir, maka Tuhan akan membahagiakan kita ^^

Bagaimana caranya ??

Pada dasarnya kita semua memiliki kemampuan memberi manfaat kepada orang lain. Akan tetapi, seringkali kita tidak memiliki kemauan untuk memberikannya karena sifat kikir dan egois yang ada pada diri kita. Sehingga dalam hadits ini, nabi saw. menyerukan agar kita menjadi orang yang memiliki kemauan untuk memberikan kemanfaatan kepada orang lain dan bersegera memberikan sesuatu yang berarti bagi orang lain semaksimal kemampuan yang kita miliki.

Memberikan kemanfaatan adalah ibadah yang patut diprioritaskan seperti yang diterangkan dalam hadits :
”Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhan, maka hal itu lebih aku cintai daripada i’tikaf sebulan di masjidku ini.” (Diriwayatkan Ath-Thabrani dari Ibnu Umar ra.)
      Seringkali seseorang merasa enggan untuk memberikan bantuan sepele yang sedang dibutuhkan oleh seorang muslim. Ia menganggap hal itu adalah sesuatu yang tidak begitu penting, sehingga ia lebih memprioritaskan untuk melakukan ibadah tertentu seperti shalat sunnah, puasa sunnah dan i’tikaf di masjid tertentu. Karenanya, dalam hadits ini Rasulullah saw. menegaskan bahwa memberikan bantuan kepada seorang muslim untuk memenuhi hajatnya jauh lebih baik dan lebih besar pahalanya daripada i’tikaf di masjid Nabawi. 

Apabila Nabi saw. telah memilih amalan ini, maka tidak patut bagi kita – sebagai umatnya – memilih dan memprioritaskan amal lain dan meninggalkan amal yang menjadi pilihan beliau.

            Rasulullah saw. bersabda,
Orang yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Amal yang paling dicintai Allah ”Azza wa Jalla adalah memasukkan kegembiraan ke dalam hati seorang muslim, menghilangkan kesulitannya, melunasi hutangnya, atau mengusir rasa laparnya.” (HR. Thabrani)
Hadits di atas menjelaskan bentuk-bentuk kemanfaatan yang bisa diberikan seorang muslim kepada orang lain yaitu :
  • Memberikan kegembiraan kepada orang yang kesusahan.
      Dengan senantiasa tersenyum dan bermanis muka di depannya, memberikan motivasi ketika sedang mengalami keputusasaan, berempati atas setiap suka dan duka yang dialaminya, dan mengajaknya bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan kepadanya, dan bersabar atas setiap musibah yang menimpanya.
  • Menghilangkan kesulitan yang sedang mendera hidupnya.
      Dukungan secara moril hendaknya diiringi dengan bantuan materi untuk mengeluarkannya dari berbagai kesulitan yang menghimpitnya, baik bantuan yang berupa harta, tenaga, pikiran, maupun fasilitas tertentu yang dibutuhkannya.
  • Melunasi hutang orang yang sedang dililit hutang.
    Kadang kita tidak hanya berhenti sebatas memberi bantuan materi untuk mengeluarkan seseorang dari kesulitan hidup, tetapi juga harus membebaskannya dari hutang-hutang yang membelitnya. Karena seringkali penyebab kesulitan hidup dan kegelisahan jiwa adalah berhutang. Rasulullah saw. bersabda, ”Janganlah kamu menakut-nakuti jiwa kamu setelah merasakan keamanan.” Para sahabat bertanya, ”Apakah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Berhutang.” (Matan Silsilah Ahadits Shahihah no. 1305)
  • Memberi makan orang yang sedang kelaparan.
      Mungkin ada yang bertanya, ”Mengapa Rasul saw. menempatkan mengusir rasa lapar pada urutan terakhir? Apakah hal ini menunjukkan bahwa tindakan memberi makanan adalah yang paling berat? Padahal kita tahu sekadar mengusir rasa lapar jauh lebih ringan daripada memberikan bantuan materi kepada orang yang kesulitan dan melunasi hutang-hutang orang yang dililit hutang.
      Memang, memberi makanan kepada orang yang kelaparan di saat kita kenyang adalah sesuatu yang biasa dan tidak istimewa. Akan tetapi, berbagi makanan dengan orang lain di saat kita kelaparan atau memprioritaskan orang lain daripada diri sendiri yang sedang sangat membutuhkan makanan adalah sesuatu yang sangat berat. Lagipula tidak semua orang mampu melakukannya dengan mudah. Karena memberikan makanan kepada orang lain pada waktu itu bisa menyebabkan kematian kita, atau menjerumuskan kita pada penderitaan panjang yang tidak berujung.

 Sehingga banyak orang merasa berat untuk berbagi makanan dengan orang lain. Yang terjadi adalah mereka lebih mementingkan dirinya dan tidak peduli dengan kesusahan orang lain.
Ketika kita bisa memberikan semua bentuk kemanfaatan di atas kepada orang lain, maka kita berarti menjadi seorang mukmin sejati. Rasulullah saw. mengumpamakannya dengan sebatang pohon kurma yang senantiasa memberikan manfaat kepada manusia dengan segala yang ia miliki seperti diterangkan dalam hadits :

”Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti sebatang pohon kurma. Apa pun yang kamu ambil darinya akan memberikan manfaat kepadamu.” (Diriwayatkan Ath-Thabrani dari Ibnu Umar ra.)
Referensi :
1. Yusuf Qardawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian
2. Fakhruddin Nursyam, Syarah Lengkap Arba’in Tarbawiyah